Ja'im

 Penulis : Muhammad Ihsan 
 E-mail  : ihsan.kusasi@yahoo.com

"Ja'im" adalah salah satu kosa kata gaul yang merupakan singkatan dari "jaga image" atau selalu berusaha menjaga penampilan agar tampak berwibawa. Biasanya orang yang ja'im menggunakan media lain yang dipercaya bisa mengangkat wibawanya, semisal berpakaian mewah, berkendaraan mewah, bahkan sampai memakai pengawal kemanapun berpergian.
Ja'im dengan bermodalkan barang mewah, bagi peneliti psychology, justru dikategorikan sebagai sikap kurang percaya diri. Sehingga orang-orang seperti itu perlu "additive" kemewahan agar tampak lebih berwibawa.
Tapi ada juga tipe ja'im yang lain: inilah ja'im yang sejati, yaitu dengan mengandalkan sikap, perilaku, dan attitude; alih-alih mengandalkan kemewahan. Lihatlah mereka ini:
Michael Bloomberg -- konglomerat pemilik siaran berita keuangan Bloomberg -- adalah Walikota New York saat note ini gue tulis. Kekayaan dia tahun 2011 mencapai 19,5 Billion Dollar Amerika atau setara dengan Rp.177 Trilliun, Wow! Duit semua tuh?! Hihihi....
Apakah Bloomberg harus ja'im? Gak juga! Wartawan mendapatkan paling tidak dua kali semingu, dia berangkat ke kantor Walikota menggunakan KRL New York. Tentu jangan kita samakan KRL New York dengan KRL (Kereta Rel Listrik) Jakarta....
KRL New York adalah subway -- kereta di bawah tanah -- yang aman, bersih, dan selalu tepat waktu. KRL Jakarta? Hmm... adalah substandard -- kereta di bawah standard -- yang kurang aman, kotor, dan selalu molor waktu... hihihi....
Juru bicara resmi Walikota New York bercerita: "Pak Walikota naik subway sama seperti penumpang lainnya. Menggesek kartu tiket langganan, antri di peron, dan menunggu sampai KRL datang."
Lain di New York, lain lagi di London. Adalah Boris Johnson, Walikota London saat note ini gue tulis, yang lebih suka bersepeda ke kantor Walikota alih-alih berkendaraan dinas. Bukan itu saja, saat dia diminta datang ke kantor Perdana Menteri Inggris David Cameron di Downing Street No.10, dia juga cuek aja pakai sepeda. Padahal gaji dia sebagai Walikota London adalah 250 ribu Pounsterling setahun atau setara dengan Rp.3,5 Milyar setahun!
Lebih dari itu, Boris membuat kebijakan melarang orang berjualan dan meminum minuman berakohol di seluruh transportasi umum dan terminalnya, terhitung mulai 1 Juni 2008. Sebuah kebijakan yang kurang populer bagi warga London yang memang doyan minum minuman berakohol. Tidak perlu ja'im kan membuat kebijakan?
Lain juga kalau di Jakarta. Adalah Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN saat note ini gue tulis: beberapa hari lalu dia memakai KRL Jakarta menuju Bogor, untuk menghadiri rapat para Menteri bersama Presiden Republik Indonesia, di Istana Negara Kebun Raya Bogor. Padahal para Menteri lain menggunakan mobil dinas Kementerian satu paket dengan pengawal.
Dahlan, yang melaporkan kekayaannya tercatat di tahun 2010 kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebesar Rp.48 Milyar, menyambung transportasi di Bogor dengan menggunakan sepeda motor ojek dari stasiun KRL Bogor menuju Istana Negara Bogor.
Seorang anggota PASPAMPRES (Pasukan Pengamanan Presiden) menolak dia saat minta izin di gerbang masuk karena ada janji rapat di dalam Istana. Kata pengawal, "Owh, tiddak bissaaa [Sule mode on... hihihi...], Itu rapat khusus Menteri".
Apakah yang dilakukan Dahlan Iskan dibuat-buat untuk menaikkan popularitasnya sebagai Menteri? Gak Juga. Temen kuliah S1 gue yang asli dari kota Surabaya, pernah cerita suatu hari. Bahwa Dahlan memang sedari dulu sudah sederhana. Sejak memegang Jawa Pos Group pun, dia tidak sungkan-sungkan untuk turun mengantar tumpukkan koran ke loper/agen koran dengan memakai mobil bak terbuka. Dan dia sendiri juga membawa mobil sekaligus yang menurunkan tumpukkan koran dari bak mobil tersebut.
Attitude atau perilaku seperti Bloomberg, Boris, dan Dahlan, gue yakin bukan perilaku yang diperlihatkan dengan cara instant. What?! Mie kalee instant... hihihi... Perilaku seperti mereka pasti terbentuk dengan proses yang keras dan lama.
Dan siapa yang paling bertanggung jawab terhadap proses pembentukkan perilaku tersebut? Gak jauh dan gak lain adalah loe sendiri, gue sendiri, kita semua sebagai orang tua terhadap anak-anak kita.
Jangan berikan kemewahan berlebihan kepada anak kita hanya karena kita ingin mereka cool, keren, dan bisa ja'im. Secara perlahan dan pasti, hal tersebut merupaka proses pembentukan mereka menjadi kurang percaya diri.
Your image is what you are.
Be yourself!

Copyright © 2009 ====================== All rights reserved. Theme by Laptop Geek . | Bloggerized by FalconHive .